Sunday 4 November 2012

RIDE THE WIND




William Wagner benar-benar sial hari ini…


Ia kena tilang karena  tidak pakai sabuk pengaman. Lalu diperparah dengan mencoba “berdamai” dengan si polisi. Sebagian kecil polisi di New Ismoyork masih ada yang jujur, dan Briptu Ibrahim ini adalah salah satunya. 

William masih mencoba peruntungannya dengan mengatakan bahwa pamannya adalah perwira tinggi di kepolisian….

Polisi tersebut menjawab dengan mengatakan ayahnya adalah Judge Dredd…



Ini hari sial bagi William. Pagi hari telepon selulernya jatuh ke kolam. Siang hari ia makan ramen pedas yang membuatnya mencret. Sore, kartu kreditnya ditolak karena over limit. Sekarang, ia kena tilang. Sambil menerima surat tilang dan melanjutkan perjalanan, William mengumpat dalam hati.

Heeeh, sudah empat kali apes hari ini. Satu kali lagi pas jadi lima. Pikir William.

Ia mencoba menenangkan diri dengan menyalakan radio mobilnya. Kebetulan salah satu lagu kesukaannya, “Ride The Wind” dari Poison, tapi sayang sudah hampir selesai.


… Ride the wind 
Never coming back until I touch the midnight sun


“Oke para pendengar BoiledCheese FM, masih bersama gue selama setengah jam ke depan. Tadi kita sudah mendengar ‘Ride The Wind’, request dari George di Gungenberg Barat. Sekarang mari kita bacakan lagi SMS yang masuk…”

“Kali ini dari yang bernama Azrael, isi pesannya ditujukan untuk William Wagner…”
  

Loh, itu nama gue. Siapa Azrael? William sejenak heran.


“Katanya, ‘Lihat ke kanan’. Hmm SMS yang aneh, tidak ada request lagu pulak… “


Sambil bingung, Wagner melihat ke jendela kanan mobilnya, dan seketika ia langsung berhadapan dengan ujung laras revolver Smith & Wesson diacungkan oleh seorang pengendara motor. Suara tembakan terdengar di tengah-tengah ramainya lalu lintas kota.


William Wagner benar-benar sial hari ini….


>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>


(Beberapa minggu sebelumnya)


Pagi itu hujan deras, tapi Armand Arnovski tetap mengunjungi makam istrinya. Hari ini adalah dua tahun sejak kematiannya.



Armand meletakkan seikat bunga yang sudah basah kuyup di depan nisannya. Kemudian ia pergi meninggalkan tanah pemakaman.


Dua tahun yang lalu, mereka berencana berlibur bersama ke luar kota naik motor. Tapi naas, ditengah jalan, mereka ditabrak mobil. Pengendaranya mabuk berat, begitu pula semua temannya dalam satu mobil tersebut. Armand terbentur keras dan mata kanannya menjadi buta permanen karena terkena pecahan kaca helm.


Tetapi istri Armand bernasib lebih buruk….



Karena ketiga pemuda yang menabrak tersebut memiliki orang tua yang kaya, hakim hanya menghukum mereka selama dua tahun dengan tuduhan "kenakalan remaja". Padahal sudah jelas mereka dalam pengaruh kokain saat itu. Tapi di pengadilan Moyoland, kekuatan uang masih dahsyat....



Armand melihat kalender. Ia menandai hari dimana mereka bertiga akan dibebaskan...


Dalam tiga tahun ini, ia telah mempersiapkan semuanya. Armand berhenti dari pekerjaannya, kemudian ia ikut kursus Krav Maga di pagi hari, serta Jeet Kune Do di sore harinya. Di malam hari, ia berlatih menggunakan senjata api. Waktu senggangnya dihabiskan untuk merancang rencana balas dendam.


Sebentar lagi, pikir Armand Arnovski….


Novel berjudul “The Wing of Azrael” karangan Mona Caird tergeletak di samping kalender meja. Armand terakhir membacanya sebelum kejadian kecelakaan itu. Ia tak sempat lagi membacanya, karena selain pikirannya terfokus pada balas dendam, kehilangan mata kanannya juga membuat penglihatannya payah…


Sebentar lagi...




Hari itu pun akhirnya tiba...


Target pertama Armand, Eddy Dupree, sedang terlihat asik mengendarai Range Rover Evoque barunya.

Armand melaju dengan motornya di jalur yang berlawanan, sambil memegang tombak logam sepanjang dua meter, lalu ketika ia sudah melihat mobil Eddy, Armand menambah kecepatan motornya.

Sesaat sebelum keduanya berpapasan, Armand melemparkan tombaknya ke kaca depan Range Rover tersebut. Logam panjang itu sukses menembus kaca, sekaligus badan Eddy Dupree yang malang. 




Sebenarnya malam ini Eddy berencana main bola sodok. Tapi malah ia yang kena sodok…

Mobilnya tetap melaju tanpa kendali sebelum akhirnya menabrak pembatas jalan dan jatuh ke sungai….
 



Pemakaman Eddy Dupree dilangsungkan beberapa hari kemudian.

Terlihat kakak Eddy, Nicholas Dupree di salah satu deretan tamu yang hadir. Hubungan mereka yang kurang baik belakangan ini membuat Nick tidak terlalu berduka. Apalagi dengan meninggalnya Eddy, sekarang semua warisan orang tuanya akan jatuh ke tangannya.

Setelah kira-kira setengah dari jumlah tamu sudah pergi, Nick pun meninggalkan tempat pemakaman. Ia butuh segelas bir dingin.

Satu gelas kurang, pikirnya. Mungkin dua…. Ah, peduli setan. Mari minum sampai teler hari ini, supaya besok masalah ini bisa terlupakan….



Nicholas Dupree tidak pernah mencapai bar hari itu.  Sebuah sepeda motor menyenggol mobilnya ketika dalam perjalanan. Ketika Nick keluar dari mobil untuk beradu mulut dengan si biang kerok, pengendara motor tersebut mengeluarkan revolver dan menembak Nick dua kali di paha.

Nick terjatuh kesakitan. Armand mengikat leher Nick dengan tali yang disambungkan ke belakang motornya, kemudian ia melaju kencang, menyeret Nick di belakangnya. Awalnya sempat ada perlawanan, namun tidak lama kemudian, hanya terasa seperti menyeret benda mati.

Armand menghentikan motornya di depan sebuah gudang kosong. Lalu ia melepaskan tali itu dari motornya, dan dipakainya untuk menggantung Nick di langit-langit gudang.


Tubuh Nicholas Dupree berayun-ayun tanpa nyawa, dengan mata yang masih terbuka. Wajahnya terlihat seperti ketakutan, seakan telah melihat malaikat maut…




Tinggal William Wagner seorang….


>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>> 



Leonard Ibrahim baru saja mendapat surat peringatan keduanya.


Ia ketahuan memodifikasi sendiri sepeda motor polisinya. Jika bukan karena suara knalpot yang terdengar berbeda, mungkin tidak bakal ketahuan.

Dalam hati, ia beralasan bahwa sepeda motor polisi New Ismoyork yang sekarang ini masih kurang cepat. Kondisi ekonomi multinasional yang terjadi di seluruh benua Empirea membuat negara terpaksa berhemat, dan salah satu yang dipotong adalah anggaran penyediaan kendaraan polisi. Pada dekade sebelumnya, sepeda motor standar patroli jalan raya adalah Triumph 675 Daytona. Namun karena budget cut ini, mereka cuma mendapat Kawasaki KLX 250….

Yah paling tidak, sudah jarang ada kejar-kejaran berkecepatan tinggi, pikirnya lagi. Pekerjaan sekarang paling cuma menangkap pengendara-pengendara bandel yang melanggar rambu, atau tidak memakai sabuk pengaman, seperti yang ia tilang barusan.

Pakai ngaku-ngaku pamannya kolonel segala, ingatnya sambil tertawa dalam hati....



Radio polisi sebetulnya tidak bisa dipindah ke frekuensi umum, tapi untung modifikasi yang ini belum ketahuan. Leonard memindahkannya ke frekuensi stasiun radio setempat…


Hearts of fire 
Streets of stone 
Modern warriors 
Saddle iron horses of chrome 

Taste the wild 
Lick the wind 
Like something they never saw before 
Their jaws dropping to the floor 
Steel made of soul and sin
                                                                                                   
                                        
Tidak lama kemudian, Leonard mendengar bunyi tembakan pistol di kejauhan…



Ia secara refleks mengganti kembali frekuensi untuk berkomunikasi dengan markasnya. Tidak sampai satu menit, semua unit patroli di area tersebut segera ditugaskan ke lokasi.

“Tersangka mengenakan jaket hitam, helm hitam, serta mengendarai MV Agusta merah”, demikian suara dari pusat.

Kejar-kejaran berlangsung di tengah hiruk pikuk kota. Leonard sempat melihat motor tersebut dari jauh. Ia mengenali jenisnya. MV Agusta Brutale Oro.

Tidak mungkin mengejarnya, tidak dengan cara seperti ini, pikir Briptu Leonard. Ia akan dengan mudah kabur ke area sepi penduduk…


Ramalan Leonard benar. Semua mobil dan motor polisi New Ismoyork tak ada yang sanggup menandingi kecepatan mesin Italia 750cc bersilinder empat segaris tersebut. Andaikan tidak ada pemotongan anggaran, mungkin masih bisa tersusul…

Leonard mempelajari peta GPS di motornya. Ia mencari jalur alternatif yang bisa memotong jalur penjahat tersebut. Ia hanya melihat satu persimpangan. Tapi ternyata bukan persimpangan, melainkan fly-over…

Ide gila, tapi boleh dicoba. Briptu Leonard Ibrahim membelokkan motornya menuju fly-over tersebut. Walaupun ia sudah dihukum karena memodifikasi motornya, tapi untungnya mereka belum mengembalikan motor tersebut ke kondisi standar. Leonard melaju dengan kencang meninggalkan rombongan polisi yang lainnya….



Sesaat lagi ia akan sampai di jalanan yang berada persis di atas kejar-kejaran itu. Suara raungan mesin dan sirine sudah bisa ia dengar dari jauh.

Ini dia fly-overnya. Leonard melihat motor tersangka dari atas. Kemudian ia membelok tajam dan mengarahkan motornya ke pagar pembatas jembatan, lalu berakselerasi secepat mungkin…


Ban  depannya menghantam pagar flyover tersebut, membuat tubuh Leonard terpental ke depan meninggalkan sepeda motornya.


Sambil melayang jatuh dari fly-over, ia merentangkan lengan kanannya…




Perhitungannya pas. Lengannya menghantam si tersangka tepat di leher, membuatnya terjatuh dari motornya. Perkenaan tersebut juga membuat kecepatan jatuhnya Leonard berkurang, sehingga ia dengan selamat mendarat di aspal sambil berguling-guling.


Polisi lainnya turun dari kendaraan mereka dan mengarahkan senjata pada tersangka yang kini bangun sambil terpincang-pincang.




Rencana kabur ini seharusnya sempurna, pikir Armand Arnovski. Ia berusaha kembali berdiri dengan susah payah.

Polisi menyuruhnya angkat tangan dan tiarap.

Masih ada rencana B...



Armand “Azrael” Arnovski meraih revolvernya dan menembak kepalanya sendiri. Peluru menembus helm sekaligus otaknya...


… Ride the wind 
Never coming back until I touch the midnight sun









No comments:

Post a Comment